Namun kini hal yang dinanti para pembudidaya ikan mas telah
hadir. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi melalui
surat keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor
24/KEPMEN-KP/2015 tentang pelepasan ikan mas mantap, pada 16 April 2015
telah merilis indukan ikan mas tahan KHV.
Dijelaskan Perekayasa Ikan Mas dari BBPBAT Sukabumi, Adi
Sucipto, ikan mas ini telah teruji tahan terhadap penyakit KHV dan bakteri Aeromonas
hydrophila. Keunggulan lainnya, kata Adi, ikan mas varietas ini
pertumbuhan dan konversi pakan yang bagus. Meski memiliki banyak keunggulan,
diakui Adi harga jual relatif sama dengan induk ikan mas lainnya.
Hingga kini, lanjut Adi, ikan mas tahan penyakit ini sudah
disebarkan ke daerah Jawa Barat, Jambi, Aceh, Sumatera Barat, dan Papua.
“Respon pasar sejauh ini bagus. Namun demikian, kami masih harus terus lakukan
pemantauan atas produk yang telah kami pasarkan,” jelas Adi.
Adi menjelaskan, dari hasil uji tantang ketahanan ikan mas
ini terhadap KHV dan bakteri Aeromonas hydrophyla, maka pembudidaya kini
dapat meningkatkan skala produksi. Dan yang tak kalah menarik lagi dari data
uji tantang tersebut, pembudidaya memperoleh gambaran presentasi ikan yang
hidup jika terjadi serangan penyakit. “Tidak ada metode khusus dalam pemeliharaan
induk ikan mas tahan penyakit. Artinya, manajemen pemeliharaannya adalah sama
dengan ikan mas yang lain,” ucapnya.
Dipaparkan Adi, uji tantang terhadap KHV juga dilakukan pada
ikan mas majalaya MHC⁺ F2 dan kontrol yang berasal dari masyarakat dengan ukuran
ikan sekitar 100 gram per ekor. Hasil uji tantang menunjukkan, ikan Majalaya
MHC⁺ F2 (kelangsungan hidup 100%) lebih tahan terhadap serangan KHV
dibandingkan ikan kontrol (kelangsungan hidup 8,33%) (lihat Gambar 2). Uji
tantang dilakukan pada 3 – 24 April 2014 melalui injeksi sebanyak 0,1 ml/ ekor
pada konsentrasi 10-2 CFU.
Kajian ikan mas tahan penyakit ini diinisiasi pada 2009 dan
secara berkesinambungan dilanjutkan hingga 2014, khususnya pada strain majalaya.
Menurut Adi, hasil kajian ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dr Krzystof L Rakus seperti yang tertuang dalam buku “Major
Histocompatibility (MH) Polymorpism of Common Carp: Link with Disease
Resistance”.
Dalam kajian ini, kata Adi, para perekayasa di BBPBAT
Sukabumi berupaya meningkatkan ketahanan tubuh induk dan benih ikan mas melalui
pemberian imunostimulan dan vitamin C, seleksi menggunakan marka Cyca-DABI*05
untuk ketahanan terhadap penyakit bakterial, memperbaiki kualitas lingkungan
pemeliharaan, serta terus mencari teknik pemeliharaan yang diduga mampu
mengeliminir serangan. Tujuan dari kegiatan pemuliaan ini adalah untuk
menghasilkan indukan ikan mas yang tahan penyakit.
Adi memaparkan, respon imun pada ikan mas, terkait dengan
adanya Molekul Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas I dan MHC kelas II.
“Molekul MHC I secara spesifik terlibat dalam mengeliminir infeksi virus
melalui mekanisme sitotoksik, sedangkan MHC II akan mengaktifkan sel-sel
fagosit untuk memproduksi antibodi dan mengaktivasi karakter-karakter imun yang
terlibat dalam mengeliminasi parasit, bakteri, dan menetralkan virus,” paparnya
Sumber : http://www.trobos.com
